Jumat, 18 Mei 2012

TAMAN NASIONAL MERU BETIRI ; pesona keindahan alam yang terselimuti misteri



             
Pada tanggal 12-13 mei 2012 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jember khususnya mahasiswa yang menempuh mata kuliah Tata Guna Tanah melakukan studi wisata ke pantai bande alit yang ada dalam komplek Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Perjalanan dimulai pada hari sabtu pagi pukul 09.00 yang akan ditempuh dengan menggunakan angkutan truk kurang lebih selama 3 jam. Karena ingin merasakan “extrim”-nya jalan menuju Bandealit aku, Imron, Yongki, Dila menggunakan sepeda motor sebagai transportasi pilihan. dengan rute Jember- Ambulu- Tempurejo- Curahnongko- Andongrejo- Bandealit. Perjalanan dari Jember menuju Andongrejo hampir tidak menemui masalah karena jalannya yang lumayan baik. Perjalanan sesungguhnya adalah rute Andengrejo- Bandealit. Karena sudah memasuki kawasan TNMB jalan yang ada adalah jalan berbatu-batu. Saat perjalanan tiba-tiba hujan deras kami ber-empat hanya menggunakan satu jas hujan untuk berteduh. Karena ketakutan kalo sampe ada pohon tumbang atau longsor akhirnya dengan hujan-hujanan kita lanjutkan perjalanan tanpa jas ujan karena dipake buat nutupin tas-tas kami. Dengan perjalanan yang melelahkan dua setengah jam kemudian kami tiba pada pemondokan di pantai Bandealit tempat kami menginap.

Taman Nasional Meru Betiri

Secara geografis terletak pada 113058’38” – 113058’30” BT dan 8020’48” – 8033’48” LS sedangkan secara administratif terletak di dua Kabupaten yaitu Kabupaten  Jember  dan  Kabupaten Banyuwangi. Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang dikenal sebagai hutan tropis dataran rendah di Propinsi Jawa Timur bagian Selatan, memiliki keanekaragaman hayati yang tingggi, diantaranya adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfat obat, habitat fauna serta sebagai obyek dan daya tarik wisata alam yang tersebar pada areal seluas 58.000 Ha, dengan luas daratan 57.155 Ha dan perairan 845 Ha. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-V/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, bahwa TNMB mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan TNMB dalam rangka konservasi sumber  daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai-nilai penting yang terkandung dalam taman nasional seperti perkonservasian fungsi hidrologi, potensi flora fauna, dan potensi obyek dan daya tarik wisata alam, sangat besar manfaatnya bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan hutan Meru Betiri pada awalnya berstatus sebagai hutan lindung yang penetapannya berdasarkan Besluit van den Directur van Landbouw Neverheiden Handel yaitu pada tanggal 29 Juli 1931 Nomor: 7347/B serta Besluit Directur van Economiche Zaken tanggal 28 April 1938 Nomor : 5751, kemudian pada tahun 1967 kawasan ini ditunjuk sebagai Calon Suaka Alam dan pada periode berikutnya kawasan hutan lindung ini ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa seluas 50.000 Ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 276/Kpts/Um/ 6/1972 tanggal 6 Juni 1972 dengan tujuan utama perlindungan terhadap jenis Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). Kemudian  pada  tahun 1982 berasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 529/Kpts/Um/6/1982 tanggal 21 Juni 1982 kawasan Suaka Margasatwa Meru Betiri diperluas menjadi 58.000 Ha. Perluasan ini mencakup wilayah Perkebunan Bandealit dan Sukamade Baru seluas 2.155 Ha, serta kawasan hutan lindung sebelah Utara dan kawasan perairan laut sepanjang Pantai Selatan seluas 845 Ha.

Pada perkembangan berikutnya yaitu dengan diterbitkannya surat pernyataan Menteri Pertanian Nomor : 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 Suaka Margasatwa Meru Metiri dinyatakan sebagai Calon Taman Nasional, Pernyataan ini dikeluarkan bersamaan dengan diselenggarakannya Kongres Taman Nasional Sedunia III di Denpasar, Bali. Penunjukan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 277/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 seluas 58.000 Ha yang terletak pada dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Jember seluas 37.585 Ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 Ha.
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) memiliki tiga ekosistem berbeda yakni mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah.

Taman nasional ini merupakan habitat tumbuhan langka yaitu bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo (Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan. Selain itu, Taman Nasional Meru Betiri memiliki potensi satwa dilindungi yang terdiri dari 29 jenis mamalia, dan 180 jenis burung. Satwa tersebut diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu ridel/lekang (Lepidochelys olivacea).
Taman Nasional Meru Betiri terkenal sebagai habitat terakhir harimau loreng Jawa (Panthera tigris sondaica) yang langka dan dilindungi. Sampai saat ini, satwa tersebut tidak pernah dapat ditemukan lagi dan diperkirakan telah punah. Punahnya harimau loreng Jawa berarti punahnya tiga jenis harimau dari delapan jenis yang ada di dunia (harimau Kaspia di Iran, harimau Bali dan harimau Jawa di Indonesia).
Taman nasional ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu merupakan habitat penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu ridel/lekang di Pantai Sukamade. Di pantai tersebut dibangun beberapa fasilitas sederhana untuk pengembangbiakan penyu agar tidak punah.

Beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi di TNMB antara lain Pantai Rajegwesi. Di pantai tersebut, Anda dapat melakukan wisata bahari, berenang, pengamatan satwa atau tumbuhan serta wisata budaya (nelayan tradisional). Di padang rumput Sumbersari, dapat dilihat aneka satwa seperti sambar, rusa, kijang. Pantai Sukamade cocok untuk kegiatan berkemah, berselancar angin, dan pengamatan flora dan fauna, terutama aktivitas penyu yang sedang bertelur. Adapun penjelajahan hutan, wisata bahari, dan berenang dapat dilakukan di Teluk Hijau. Musim kunjungan terbaik: bulan Februari s/d Juli setiap tahunnya.

Di dalam TNMB ada dua “mahluk” yang menjadi mitos hingga saat ini, yaitu Harimau Jawa dan Manusia Kerdil. Kedua mahluk ini menjadi mitos karena keberadaannya yang tidak bisa ditemukan secara langsung, walaupun bukti yang ditemukan tentang keberadaannya banyak ditemukan.

Manusia Kerdil

Orang orang yang hidupnya ada di sekitar Taman Nasional biasa menyebut manusia kerdil ini dengan sebutan wong wil, atau owil, atau ada juga yang menyebutnya siwil. Anatomi tubuh makhluk ini sama seperti manusia pada umumnya. Hanya saja mereka kerdil. Tingginya tidak lebih dari satu meter. Dan telanjang. Beberapa dari mereka menutupi badannya dengan kain yang mereka temukan di sungai.

Menurut Pak Andik, salah seorang petugas TN Merubetiri yang katanya pernah memergoki keberadaan para siwil ini. Menurut beliau, siwil paling suka mencari udang dan ikan di susuran sungai yang ada di hutan. Biasanya mereka mempersenjatai diri dengan tongkat kayu yang ujungnya runcing. Masih dari cerita Pak andik, para siwil ini bisa berbahasa jawa ngoko (kasar). Tapi yang sering keluar dari mulutnya hanyalah suara suara tidak jelas. Terkadang mirip dengan suara bebek. Keberadaan manusia kerdil di Merubetiri juga pernah diteliti oleh dua peneliti asal inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden. Mereka meneliti pada tahun 1992 atas biaya organisasi flora dan fauna Internasional. Meskipun telah melakukan penelitian yang lumayan panjang dan didukung oleh peralatan yang lumayan canggih, mereka tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.

Anang Ritarno, aktivis Kelompok Indonesia Hijau Jawa Timur, mengaku telah menemukan jejak manusia kerdil itu. "Saya menemukan jejak manusia kerdil itu secara tidak sengaja," katanya beberapa bulan lalu. Jejak manusia liliput yang ditemukan di sekitar muara sungai Nanggelan, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Jember, seukuran korek gas. Setelah diukur, panjang telapak kaki itu dari ujung jempol hingga tumitnya hanya 9,2 cm, lebarnya 2 cm, dan panjang jempolnya 1 cm. Penemu jejak kaki manusia cebol ini mengaku sebelumnya pernah dua kali menyaksikan manusia seperti itu, yaitu pada 1984 dan 1999. "Saat itu saya sedang mengikuti acara training mahasiswa pencinta alam di muara sungai sekitar pantai Sukamade dan pantai Nanggelan," ujar pemandu mahasisiwa pecinta alam itu. Tanpa sengaja, dirinya melihat 8 orang kerdil tengah bercengkerama di tepian sungai sambil menikmati udang hasil tangkapan mereka. Dalam jarak sekitar 15 meter, Anang melihat manusia mini itu berambut gimbal sebahu, kulit hitam, tinggi badan sekitar 60-70 cm, tanpa busana, dan berjalan tegak layaknya manusia. "Begitu melihat kehadiran saya, mereka langsung melarikan diri masuk hutan," ungkapnya. Hal yang sama juga pernah dialami oleh seorang anggota DPRD Jember, Herry Budi Ermawan. Anggota dewan yang punya hobi memancing itu mengaku dua kali menemukan jejak manusia cebol itu, September 2002, di kawasan pantai Bandealit. "Ukurannya kira-kira seperti Ucok Baba di TV itu," katanya. Saat hendak memancing di muara, Herry melihat lima manusia kerdil juga sedang menangkap ikan dengan alat kecil mirip tombak. Namun beberapa saat kemudian, mereka melarikan diri begitu melihat kehadiran Herry. Seminggu kemudian, Herry kembali ke tempat itu dengan membawa kamera. Ia pun berhasil menjepret rombongan manusia mini itu dari jarak sekitar 10 meter. "Tetapi anehnya, setelah saya cuci cetak lima lembar film tidak ada gambar mereka, hanya latarnya saja.

Cerita mengenai keberadaan manusia cebol itu memang sudah lama diketahui masyarakat sekitar taman nasional itu. Masyarakat sekitar kawasan taman nasional menyebut manusia mini itu dengan sebutan wong wil atau siwil yang berarti orang kecil. "Saat ini sudah tercatat 45 orang warga sekitar taman nasional yang menyaksikan keberadaan mereka," kata Kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri Jember, Siswoyo. Menurutnya, kabar adanya manusia mini itu telah sering didengar petugas taman nasional sejak setahun lalu, namun baru kali ini ada penemuan jejak mereka dan berhasil diabadikan dengan kamera. Siswoyo menambahkan, ada 37 kasus yang pernah ditemui masyarakat tentang keberadaan manusia kerdil itu. Mereka diketahui mengganggu sejumlah nelayan atau pencari ikan di sekitar muara dengan cara mengambil ikan hasil tangkapan masyarakat sekitar hutan tersebut. "Jejaknya ada dan difoto oleh seorang fotografer pencinta alam pada tanggal 13 Februari 2003," katanya. Tinggi manusia kerdil itu diperkirakan 80 cm, panjang tapak kaki dari tumit sampai ibu jari sekitar 9,7 cm dan lebar tapak kaki 3,2 cm.

Menyangkut keberadaan manusia kerdil yang dilaporkan berkeliaran di sekitar muara sungai dan pantai di kawasan TNMB, Ir. Siswoyo mengaku masih belum bisa merekam keberadaan manusia itu. Empat kamera otomatis sengaja dipasang di sekitar tempat warga yang pernah berpapasan dengan siwil, tetapi tak satu pun berhasil mengabadikannya. Saat ini, pihak TNMB sudah memasang 14 perangkat foto trap di sudut-sudut hutan itu, namun keberadaan mereka belum juga terekam.

Harimau jawa

Harimau Jawa adalah jenis harimau yang hidup di pulau jawa. Harimau ini dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverfikas. Faktor yang dianggap menjadikan Harimau Jawa punah adalah kerusakan habitat akibat tekanan penduduk dan perburuan intensif pada awal abad ke-20. Di akhir tahun 1998 telah diadakan Seminar Nasional Harimau Jawa di UC UGM yang berhasil menyepakati untuk dilakukan "peninjauan kembali" atas klaim punahnya satwa ini. Hal tersebut karena bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan di pohon, dan rambut, yang diindikasikan sebagai milik harimau jawa. Secara mikroskopis, struktur morfologi rambut harimau jawa dapat dibedakan dengan rambutMacan Tutul. Oleh karena itu hingga sekarang masih dilakukan usaha pembuktian eksistensi satwa penyandang status punah ini.

Di akhir abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran diPulau Jawa. Pada tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau Jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri. Walaupun taman nasional ini dilindungi, banyak yang membuka lahan pertanian disitu dan membuat harimau jawa semakin terancam dan kemudian diperkirakan punah pada tahun 80-an.

Harimau jawa mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari pada Harimau Sumatra dan Harimau Bali. Harimau jawa jantan mempunyai berat 150-200 kg dan panjangnya kira-kira 2.50 meter. Betina berbobot legih ringan, yaitu 75-115 kg dan sedikit lebih pendek dari jenis jantan. Besar tubuh harimau jawa ini diduga karena adanya kompetisi dengan macan tutul dan ajak. Disamping itu ada hukum: semakin menjauhi Garis Katulistiwa maka ukuran tubuh harimau akan semakin besar, kecuali harimau bali. 


 

 

2 komentar:

  1. Balasan
    1. kalau akses ke meru betiri dari jember via kendaraan umum ada referensi gak ya?? skalian budget nya
      makasih.. :)

      Hapus